ALIRAN TASAWUF
Tasawuf dikelompokkan kepada tiga aliran induk yaitu:
1.
Tasawuf
akhlaki yang lebih berorientasi etis
2. Tasawuf
amali yang lebih mengutamakan intensitas dan ekstensitas ibadah agar diperoleh
penghayatan spiritual dalam beribadah
3.
Tasawuf
falasafi yang bermakna mistik metafisis
Berdasarkan kedekatan atau jarak manusia dengan tuhan, tasawuf
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Tasawuf
transendetalisme/tasawuf sunni : masih memberikan garis pemisah atau pembeda
antara manusia dengan tuhan. Ajaran tasawufnya masih berada dalam garis-garis
islam.
2. Tasawuf
union mistisisme/tasawuf syi’i : garis pemisah antara manusia dengan tuhan
dapat dihilangkan sehingga manusia dapat manunggal dengan tuhan. Konsep tasawuf ini
dipandang telah menyimpang dari prinsip-prinsip islam.
Tasawuf dapat ditempuh melalui pendekatan geografis yaitu melihat
daerah asal munculnya tasawuf itu.Berdasarkan aliran ini, tasawuf dapat
dicirikan kepada aliran khurasan atau Persia yang didominasi konsep al-fana
ajaran Abu Yazid al-Busthami dan tasawuf aliran Mesopotemia atau Irak yang
bermula dari ajaran al-Junaidi dan kemudian diperluas oleh al-Ghazali.
TASAWUF SUNNI
Gerakan asketisme dalam islam dapat dibedakan kepada empat aliran
utama yaitu :
1.
Aliran
Madinah, aliran ini berpegang teguh pada Alqur’an dan sunnah serta menempatkan
Rosululloh SAW sebagai idola kezahidan mereka. Para zahid yang menonjol yaitu
Abu Ubaidah al-Jarrah,Abu Dzar al Ghiffari, Salman al-Farisi dan Abdullah Ibnu
Mas’ud.
2. Aliran
Bashrah, mulai nampak pada abad 2 H. Kelompok ini mengembangkan sikap yang
samgat takut kepada murka Alloh serta takut pada siksa neraka di akhirat. Para
zahid yang terpenting yaitu Malik ibn Dinar dan Hasan al-Bashri
3. Aliran
Kuffah, bercorak idealis,gemar pada hal-hal yang bersifat imajinatif yang
dituangkan dalam bentuk puisi, tekstualis dalam memahami nash dan sedikit
cenderung kepada faham syiah. Namun, secara keseluruhan aliran ini masih
berpola pada ahlu sunnah. Tokoh utamanya adalah Sufyan al-Tsauri.
4. Aliran
Mesir, ciri-cirinya sama dengan Madinah sebab aliran ini sebenarnya adalah
perluasan dari madinah melalui para sahabat yang ikut serta ke mesir pada waktu
umat islam memasuki kawasan itu. Zahidnya yaitu Abd Rahman ibn Hujairah,
Nafi,Abu Abdullah ibn Muslim al-Mishri. Dari para zahid ini muncul seorang sufi
terkenal di Mesir yaitu Dzu al-Nun al-Mishri. Sulit dipastikan kapan waktu yang
tepat peralihan asketisme ke sufisme, tetapi adalah pasti bahwa sufisme yang
awal adalah sufisme yang tetap konsisten dan komtmen dengan prinsip-prinsip
islam. Maka, tasawuf tipe awal dapat diterima oleh sebagian besar ulama
terutama para ulama yang tergolong Ahlu as-Sunnah. Hal ini pulalah salah satu
sebab utama penamaannya kemudian dengan tasawuf sunni.
TASAWUF FALSAFI
Berkembangnya tasawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucian bathin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Alloh, juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat. Dari kelompok ini tampil sejumlah sufi yang filosofis. Konsep-konsep tasawuf mereka disebut tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Selain Abu Yazid al-Busthami, tokoh-tokoh teosofi yang popular dalam kelompok ini yaitu Ibn Masarrah (w.381 H) dari Andalusi dan sekaligus sebagai perintis.Al-Hallaj (w.308 H) memformulasikan teorinya dalam doktri al-Hullul, yakni perpeduan insan dengan Tuhan secara rohaniyah atau antara makhlluk dengan al-Khaliq. Perkembangan puncak dari tasawuf falsafi , sebenarnya telah dicapai pada konsepsi al-wahdatul wujud sebagai karya pikir mistis dari Ibn Arabi (w.638 H). Sementara iru sebelum Ibn Arabi menyusun teorinya seorang sufi penyair dari Mesir Ibn al-Faridh (w.633 H) mengembangkan teori yang hampir sama dan dikenal dengan al-wahdat as-syuhud.
Pada umumnya mereka yang bermadzhab syi’ah dan yang berpola pikir muktazilah dalam teologi dapat menerima konsep-konsep tasawuf falsafi.Oleh karena itu, aliran tasawuf ini berkembang pesat di kawasan dimana umat islamnya bermadzhab syi’ah atau beraliran muktazilah.Hal ini menjadi sebab utama kenapa sebagian orang menamainya dengan tasawuf syi’i.
Semenjak masa Abu Yazid al-Busthami, pendapat sufi condong kepada konsepsi kesatuan wujud atau union mistik. Inti dari ajaran ini adalh bahwa dunia fenomena ini hanya bayangan dari realitas yang sesungguhnya yaitu Tuhan.Satu-satunya wujud yang hakiki hanyalah wujud Tuhan yang merupakan dasar dan sumber kejadian dari segala sesuatu.Atas dasar pemikiran tentang Tuhan yang demikian itu mereka berpendapat, bahwa alam ini (termasuk manusia) merupakan radiasi dari hakikat Illahi. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ke-Tuhanan, karena ia merupakan pancaran dari Nur Illahi. Oleh karena itu, jiwa manusia selalu bergerak untuk bersatu kembali dengan sumber asalnya.
Kalau bagi sufi mengartikan ma’rifat sebagai pengenalan Alloh melalui qalb dan merupakan stasion tertinggi, maka bagi sufi kelompok ini, manisia masih dapat melewati maqom ma’rifat yaitu dengan bersatu dengan Alloh yang kemudian dikenal dengan istilahittihad. Dengan lahir dan berkembangnya perenungan tasawuf seperti ini, maka pembahasan-pembahasan tasawuf sudah lebih bersifat filsafat, karena sudah menjangkau persoalan metafisis, yaitu masalah tuhan disatu sisi dan manusia disisi lain bahkan telah memasuki kajian proses kebersatuan manusia dengan Tuhan.
Berkembangnya tasawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucian bathin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Alloh, juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat. Dari kelompok ini tampil sejumlah sufi yang filosofis. Konsep-konsep tasawuf mereka disebut tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Selain Abu Yazid al-Busthami, tokoh-tokoh teosofi yang popular dalam kelompok ini yaitu Ibn Masarrah (w.381 H) dari Andalusi dan sekaligus sebagai perintis.Al-Hallaj (w.308 H) memformulasikan teorinya dalam doktri al-Hullul, yakni perpeduan insan dengan Tuhan secara rohaniyah atau antara makhlluk dengan al-Khaliq. Perkembangan puncak dari tasawuf falsafi , sebenarnya telah dicapai pada konsepsi al-wahdatul wujud sebagai karya pikir mistis dari Ibn Arabi (w.638 H). Sementara iru sebelum Ibn Arabi menyusun teorinya seorang sufi penyair dari Mesir Ibn al-Faridh (w.633 H) mengembangkan teori yang hampir sama dan dikenal dengan al-wahdat as-syuhud.
Pada umumnya mereka yang bermadzhab syi’ah dan yang berpola pikir muktazilah dalam teologi dapat menerima konsep-konsep tasawuf falsafi.Oleh karena itu, aliran tasawuf ini berkembang pesat di kawasan dimana umat islamnya bermadzhab syi’ah atau beraliran muktazilah.Hal ini menjadi sebab utama kenapa sebagian orang menamainya dengan tasawuf syi’i.
Semenjak masa Abu Yazid al-Busthami, pendapat sufi condong kepada konsepsi kesatuan wujud atau union mistik. Inti dari ajaran ini adalh bahwa dunia fenomena ini hanya bayangan dari realitas yang sesungguhnya yaitu Tuhan.Satu-satunya wujud yang hakiki hanyalah wujud Tuhan yang merupakan dasar dan sumber kejadian dari segala sesuatu.Atas dasar pemikiran tentang Tuhan yang demikian itu mereka berpendapat, bahwa alam ini (termasuk manusia) merupakan radiasi dari hakikat Illahi. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ke-Tuhanan, karena ia merupakan pancaran dari Nur Illahi. Oleh karena itu, jiwa manusia selalu bergerak untuk bersatu kembali dengan sumber asalnya.
Kalau bagi sufi mengartikan ma’rifat sebagai pengenalan Alloh melalui qalb dan merupakan stasion tertinggi, maka bagi sufi kelompok ini, manisia masih dapat melewati maqom ma’rifat yaitu dengan bersatu dengan Alloh yang kemudian dikenal dengan istilahittihad. Dengan lahir dan berkembangnya perenungan tasawuf seperti ini, maka pembahasan-pembahasan tasawuf sudah lebih bersifat filsafat, karena sudah menjangkau persoalan metafisis, yaitu masalah tuhan disatu sisi dan manusia disisi lain bahkan telah memasuki kajian proses kebersatuan manusia dengan Tuhan.
AL-FANA
Menurut Abu Yazid, manusia yang pada hakikatnya seesensi dengan
Alloh, dapat bersatu dengan Nya apabila ia mampu meleburkan eksistensinya
(keberadaannya) sebagai suatu pribadi sehinnga ia tidak menyadari pribadinya (fana’an
nafs). Fana’an nafs adalah hilangnya kesadaran kemanusiaannya dan menyatu
kedalam iradah Alloh bukan jasad tubuhnya yang menyatu dengan dzat Alloh.
Pada perkembangan yang awal,ada dua aliran fana’, satu aliran yang berpaham moderat yang diwakili Al-Junaid al-Baghdadi biasanya disebut fana fi tauhid. Kalau seorang telah larut dalam ma’rifatulloh dan ia tidak menyadari segala sesuatu selain Alloh, maka ia telah fana dalam tauhid. Aliran fana yang kedua dipelopori oleh Abu Yazid al-Busthami yang mengartikan al-fana sebagai penyatuan dirinya dengan Tuhan.
AL-ITTIHAD
Apabila seorang sufi telah berada
dalam keadaan fana dalam pengertian tersebut diatas, maka pada saat itu ia
telah menyatu dengan Tuhan, sehingga wujudiyahnya kekal atau al-baqa. Didalam
peraduan itu ia menemukan hakikat jati dirinya sebagai manusia yang berasal
dari Tuhan, itulah yang dimaksud dengan itthad.
Pahamini timbul sebagai konsekuensi
lanjut dari pendapatnya, bahwa jiwa manusia adalah pancaran dari Nur Illahi,
akunya manusia itu adalah pancaran dari yang Maha Esa. Barang siapa yang mampu
membebaskan diri dari alam lahiriahnya atau mampu meniadakan pribadinya dari
kesadarannya sebagai insan, maka ia akan memperoleh jalan kembali kepada sumber
asalnya. Ia akan menyatu dengan Yang Tunggal yang dilihat dan dirasakan hanya
satu. Keadaan seperti itulah yang disebut ittihad, yang oleh Bayazid disebut tajrid
fana at-tauhid, yaitu perpaduan dengan Tuhan tanpa diantarai dengan sesuatu
apapun.
AL-HULUL
Doktrin al-hulul adalah salah satu tipe dari aliran tasawuf falsafi
dan merupakan perkembangan lanjut dari peham al-ittihad. Konsepsi al-hullul
pertama kali ditampilkan oleh Husein Ibn Mansur al-Hallaj yang meninggal karena
dihukum mati di Baghdad pada tahun 308 H, karena paham yang ia sebarkan itu
dipandang sesat oleh penguasa pada masa itu.
7
Pengertian al-Hulul secara singkat yaitu Tuhan mengambil tempat
dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang dapat membersihkan dirinya
dari sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana atau ekstase.Sebab menurut
al-Hallaj, manusia mempunyai sifat dasar yang ganda, yaitu sifat-sifat
Illahiyat atau Lahut dan sifat Insaniyah atau Nasut. Apabila seseorang telah
dapat menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya
dan mengembangkan sifat-sifat Illahiyatnya melalui fana, maka Tuhan akan
mengambil tempat dalam dirinya dan terjadilah kesatuan manusia dengan Tuhan dan
ionilah yang dimaksud dengan hulul.
AL-WAHDAT AS-SYUHUD
Konsepsi al-wahdat as-syuhud merupakan ajaran tasawuf yang mirip dengan
paham al-wahdat al-wujud.Ajaran ini adalah karya mistis dari Umar Ibn al-Faridh
(w.632 H) di Mesir dan makamnya di al-Qarafa tetap terpelihara dengan baik
hingga sekarang.
Oleh karena karya-karyanya yang
selalu bertemakan cinta, ia digelari sebagai “sulthan al-asyiqin” atau si raja
cinta. Melalui latihan dan konsentrasi bathin yang teratur, maka cintanya
kepada Alloh semakin mendalam dan semakin menguasai segenap relung qalbunya
sehingga ia dapat merasakan getaran cahaya Tuhan dan akhirnya yang ia rasakan
dan ia lihat hanya satu yakni Yang Esa. Situasi mistis yang demikian itu
disebut wahdat as-syuhud.
AL-ISYRAQIYAH
Konsep tasawuf al-isyraq barangkali adlah tipe taswuf falsafi yang
paling orisinil diantara konsep-konsep
tasawuf yang sealiran perkiraan ini cukup beralasan mengingat,bahwa Suhrawardi al-Maqtul sebagai
konseptornya,adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai
aliran filsafat yunani maupun filsafat persia dan india.Nama lengkapnya adalah
Abu al-futuh yahya Ibn Habsyi ibn Amrak,Lahir di Suhrawardi 578H.
Al-Isyraq berarti bersinar atau memancarkan
cahaya dan nampaknya searti dengan al-kasyf.Akan tetapi bila dilihat pada inti
ajaran ini,maka al-Isyraq lebih tepat diartikan penyinaran atau illuminasi.Menurut
Suhrawardi,sumber dari segala yang ada iala cahaya yang mutlak ia disebut
dengan nurul al-anwar,mirip matahari.
Tipe-tipe Aliran Tasawuf dan Perkembangannya
Dan di dalam tasawuf dan perkembangannya
mempunyai 2 aliran mistic :
Ini menurut Annemarie Shcimmel yaitu aliran
pertama “mysticsm of infinity”
Aliran yang kedua yaitu “mysticsm of
personality”.
Adapun definisi mysticsm of infinity adalah
mysticm yang memandang Alloh sebagai realitas yang absolut yaitu
mempunyai pekerjaan yang pasti dan tidak terbatas.seperti contohnya alloh di
ibaratkan sebagai lautan yang tidak terbatas dan tidak terkiat oleh zaman.
Adapun definisi mysticsm of personality adalah hubungan
antara makhluk dengan al kholiq mengapa demikian,di karenakan untuk membedakan
antara manusia sebagai makhluk dan alloh sebagai sang kholiq.Adapun al kholiq
di pandang sebagai dzat bersifat transenden yaitu mempertahankan perbedaan
antara manusia sebagai makhluk.dan alloh sebagai al kholiq.
Akan tetapi menurut kepahaman union mysticsm sebaliknya
yang di atas bahwa sanya al haq suatu dzat yang bersemayam dalam alam semesta
dan dalam diri manusia.Contohnya seperti pengakuannya al-hallaj “bahwa sanya
dia lah al-haq,tak ada al-hallaj yang ada hanya al-haq”
Ini di anut atau didukung oleh al-hallaj,ibnu arobi,hamzah
fansuri,syamsudin pase,ini semuanya pemahaman wahdatul wujud.
Akan tetapi menurut kepahaman Al-ghazali bahwa sanya
al-haq dipandang sebagai dzat yang mempertahankan perbedaan manusia sebagai
makhluk dan sebagai al-khaliq,dan imam al-ghazali ini tidak bersependapat
dengan union mysticsm al-hallaj,ibn arobi,dkk.yang mengatakan al-haq bersemayam
dalam diri manusia.
Sebenarnya tasawuf itu sudah ada sejak zaman Rasululloh
SAW yaitu kehidupan nabi dan para sahabat yang lebih spesifik lagi adalah
kehidupan ahli shuffah yang tinggal di masjid nabawi.
Disinilah mulai nampaknya kehidupan tasawuf karena zaman
rasul semua hidup dalam kesederhanaan.akan tetapi dizaman ini,kemewahan sudah
sangat di minati sehingga orang-orang cinta kepada kehidupan rasul menyuruh kepada
kezuhudan dan pelopornya abu zar al-ghifari.
Zuhud adalah meninggalkan kemewahan hidup.pelakunya
disebut zahid yang tekun dalam kezuhudan disebut abid (ahli ibadah).tokoh zuhud
yang terkenal adalah hasan al-basri ari busro lahir di madinah 642M dan sofyan
al-anshai wafat 970M.Dan landasan zuhud mereka adalah khauf,dan raja’.
Pada akhir abad yang ke2 perubahan dari zuhud ke tasawuf
mulai nampak,tokoh yang mempeloporinya adalah ibrahim bin adam,pada abad yang
ke 3 sampai yang ke 4 mulailah kesepian di kaji dengan 2 kecenderungan.yang
pertama cenderung kepada akhlaq yang berlandasan dengan al-qur’an yang kedua
cenderung kepada filsafat.
Tokoh yang pertama adalah haris al-mukhasibi,sirri
sagoti,abu said al-kharas,dan paling populer junaid baghdadi.
Sedangkan aliran filsafat ada zunun al-misri,ahli sufi
dan ahli kimia dan paling berani adalah Yazid al-bustomi dengan teori al-skar
(mabit ketuhanan) al-fanna al-bakoq(pelebaran diri untukmencari keabadian diri
untuk mencapai keabadian dalam diri tuhan dan al-ithad bersatu dengan al-haq
Puncak tasawuf filsafat abad yang ke 3 sampai yang ke 4
terletak pada Husain ibnu mansur al-hallaj tokoh yang paling kontrofersial
dalam sejarah tasawuf dan akhirnya ibnu mansur al-hallaj menemui ajalnya dengan
digantung.
Dan disinilah saat ibnu mansur al-hallaj meninggal dan
semakin tenggelamlah tasawuf
falsafi.Sedangkan tasawuf sunni ini semakin mendapat tempat di hati
masyarakat dalam arti berjayanya tasawuf sunni dan hal ini di dukung oleh
asy’ariyah dalam teologi yang sejalan dengan tasawuf sunni puncak kecemerlangan
pada abad 5 H, adalah pada masa Al-ghazali yang karena ilmu kedukungannya yang
tinggi dalam islam ia di beri gelar hujaj al islam(argumentator islam) karyanya
amat banyak yang terkenal adalah ihya ulumuddin (menghidupkan ilmu-ilmu
agama) dimana ia berusaha mendamaikan ilmu teologi fiqh dan tasawuf.
Tujuan Tasawuf
Beliau menyimpulkan yaitu dahlan tamrin secara umumnya
bagaimana agar kita ini sedekat mungkin dengan Alloh.Dan untuk
mencapai hal demikian ini mempunayi 3 sasaran :
1)
Tasawuf yang membina aspek moralitas sesuai yang di kehendaki rasul ketika
mendapatkan musibah yang menimpanya dia bisa sabar,bahkan dia bisa bersyukur
menerimanya.
2) Tasawuf yang bertujuan agar bisa kenal kepada Alloh
dengan cara melalui sholat supaya bisa khusyu’ dan mujahadah,dan sebab itu
akhirnya musyahadah ila Alloh itu
berhubungan langsung kepada Alloh
3) Tasawuf yang bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Alloh secara mistis filosofis contohnya seseorang hamba bisa
menggerakkan anggota badannya yang di kehendaki atau di ridhai Alloh.
Semisal kakinya untuk beribadah kepada Alloh.
Apabila dibandingkan antara
konsep-konsep tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi, ditemukan sejumlah kesamaan
disamping perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar. Kedua aliran sama-sama
mengakui ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah serta sama-sama
mengamalkan Islam secara konsekuen. Kedua aliran ini sama-sama berjalan pada
prinsip al-maqomat dan al-ahwal.
Perbedaan yang jelas diantara kedua aliran ini
nampaknya terletak pada tujuan “antara” maqom tertinggi yang dapat dicapai
seorang sufi. Sedangkan pada aspek tujuan akhirnya, kedua aliran sama-sama
ingin memperoleh kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan yang bersifat spiritual.
Dimaksud dengan tujuan “antara” adalah terciptanya komunikasi langsung antara
sufi dengan Tuhan dalam posisi seakan tiada jarak lagi antara keduanya. Dalam
memberi makna terhadap posisi “dekat tanpa jarak” inilah terdapat perbedaan
mendasar antara kedua aliran ini.Tasawuf Sunni berpendapat, bahwa antara
makhluk dengan Khalik tetap ada jarak sehingga tidak mungkin tumbbuh karena
keduanya tidak seesensi.Lain halnya dengan tasawuf falsafi, dengan tegas
mengatakan manusia seesensi dengan Tuhan karena manusia berasal dan ttercipta
dari esensi-Nya.Oleh karenannya keduanya dapat berpadu apabila kondisi untuk
itu telah tercipta.
Tasawuf Sunni kurang memperhatikan
ide-ide spekulatif karena amereka sudah merasa puas dengan argumentasi yang
bersifat naqli agamawi. Apabila dilihat dari aspek materi kajian dan proses
pencapaian sasaran antara, tasawuf sunni dapat dibedakan kepada tasawuf akhlaki
dan amali. Berbeda dengan tasawuf falsafi, kelompok ini justru gemar terhadap
ide-ide spekulatif karena kebanyakan sufi aliran ini memilki pengetahuan yang
cukup dalam tentang lapangan filsafat.
EmoticonEmoticon