Monday, 1 September 2014

PERBEDAAN TASAWUF SUNNI DAN FALSAFI





ALIRAN TASAWUF
Tasawuf dikelompokkan kepada tiga aliran induk yaitu:
1.      Tasawuf akhlaki yang lebih berorientasi etis
2.    Tasawuf amali yang lebih mengutamakan intensitas dan ekstensitas ibadah agar diperoleh penghayatan spiritual dalam beribadah
3.      Tasawuf falasafi yang bermakna mistik metafisis
Berdasarkan kedekatan atau jarak manusia dengan tuhan, tasawuf dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.   Tasawuf transendetalisme/tasawuf sunni : masih memberikan garis pemisah atau pembeda antara manusia dengan tuhan. Ajaran tasawufnya masih berada dalam garis-garis islam.
2.   Tasawuf union mistisisme/tasawuf syi’i : garis pemisah antara manusia dengan tuhan dapat dihilangkan sehingga manusia dapat manunggal dengan tuhan. Konsep tasawuf ini dipandang telah menyimpang dari prinsip-prinsip islam.
Tasawuf dapat ditempuh melalui pendekatan geografis yaitu melihat daerah asal munculnya tasawuf itu.Berdasarkan aliran ini, tasawuf dapat dicirikan kepada aliran khurasan atau Persia yang didominasi konsep al-fana ajaran Abu Yazid al-Busthami dan tasawuf aliran Mesopotemia atau Irak yang bermula dari ajaran al-Junaidi dan kemudian diperluas oleh al-Ghazali.
TASAWUF SUNNI
Gerakan asketisme dalam islam dapat dibedakan kepada empat aliran utama yaitu :
1.      Aliran Madinah, aliran ini berpegang teguh pada Alqur’an dan sunnah serta menempatkan Rosululloh SAW sebagai idola kezahidan mereka. Para zahid yang menonjol yaitu Abu Ubaidah al-Jarrah,Abu Dzar al Ghiffari, Salman al-Farisi dan Abdullah Ibnu Mas’ud.

2.    Aliran Bashrah, mulai nampak pada abad 2 H. Kelompok ini mengembangkan sikap yang samgat takut kepada murka Alloh serta takut pada siksa neraka di akhirat. Para zahid yang terpenting yaitu Malik ibn Dinar dan Hasan al-Bashri
3.    Aliran Kuffah, bercorak idealis,gemar pada hal-hal yang bersifat imajinatif yang dituangkan dalam bentuk puisi, tekstualis dalam memahami nash dan sedikit cenderung kepada faham syiah. Namun, secara keseluruhan aliran ini masih berpola pada ahlu sunnah. Tokoh utamanya adalah Sufyan al-Tsauri.
4.     Aliran Mesir, ciri-cirinya sama dengan Madinah sebab aliran ini sebenarnya adalah perluasan dari madinah melalui para sahabat yang ikut serta ke mesir pada waktu umat islam memasuki kawasan itu. Zahidnya yaitu Abd Rahman ibn Hujairah, Nafi,Abu Abdullah ibn Muslim al-Mishri. Dari para zahid ini muncul seorang sufi terkenal di Mesir yaitu Dzu al-Nun al-Mishri. Sulit dipastikan kapan waktu yang tepat peralihan asketisme ke sufisme, tetapi adalah pasti bahwa sufisme yang awal adalah sufisme yang tetap konsisten dan komtmen dengan prinsip-prinsip islam. Maka, tasawuf tipe awal dapat diterima oleh sebagian besar ulama terutama para ulama yang tergolong Ahlu as-Sunnah. Hal ini pulalah salah satu sebab utama penamaannya kemudian dengan tasawuf sunni.


TASAWUF FALSAFI 
Berkembangnya tasawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucian bathin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Alloh, juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat. Dari kelompok ini tampil sejumlah sufi yang filosofis. Konsep-konsep tasawuf mereka disebut tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.

Selain Abu Yazid al-Busthami, tokoh-tokoh teosofi yang popular dalam kelompok ini yaitu Ibn Masarrah (w.381 H) dari Andalusi dan sekaligus sebagai perintis.Al-Hallaj (w.308 H) memformulasikan teorinya dalam doktri al-Hullul, yakni perpeduan insan dengan Tuhan secara rohaniyah atau antara makhlluk dengan al-Khaliq. Perkembangan puncak dari tasawuf falsafi , sebenarnya telah dicapai pada konsepsi al-wahdatul wujud sebagai karya pikir mistis dari Ibn Arabi (w.638 H). Sementara iru sebelum Ibn Arabi menyusun teorinya seorang sufi penyair dari Mesir Ibn al-Faridh (w.633 H) mengembangkan teori yang hampir sama dan dikenal dengan al-wahdat as-syuhud. 

Pada umumnya mereka yang bermadzhab syi’ah dan yang berpola pikir muktazilah dalam teologi dapat menerima konsep-konsep tasawuf falsafi.Oleh karena itu, aliran tasawuf ini berkembang pesat di kawasan dimana umat islamnya bermadzhab syi’ah atau beraliran muktazilah.Hal ini menjadi sebab utama kenapa sebagian orang menamainya dengan tasawuf syi’i.

Semenjak masa Abu Yazid al-Busthami, pendapat sufi condong kepada konsepsi kesatuan wujud atau union mistik. Inti dari ajaran ini adalh bahwa dunia fenomena ini hanya bayangan dari realitas yang sesungguhnya yaitu Tuhan.Satu-satunya wujud yang hakiki hanyalah wujud Tuhan yang merupakan dasar dan sumber kejadian dari segala sesuatu.Atas dasar pemikiran tentang Tuhan yang demikian itu mereka berpendapat, bahwa alam ini (termasuk manusia) merupakan radiasi dari hakikat Illahi. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ke-Tuhanan, karena ia merupakan pancaran dari Nur Illahi. Oleh karena itu, jiwa manusia selalu bergerak untuk bersatu kembali dengan sumber asalnya.

Kalau bagi sufi mengartikan ma’rifat sebagai pengenalan Alloh melalui qalb dan merupakan stasion tertinggi, maka bagi sufi kelompok ini, manisia masih dapat melewati maqom ma’rifat yaitu dengan bersatu dengan Alloh yang kemudian dikenal dengan istilahittihad. Dengan lahir dan berkembangnya perenungan tasawuf seperti ini, maka pembahasan-pembahasan tasawuf sudah lebih bersifat filsafat, karena sudah menjangkau persoalan metafisis, yaitu masalah tuhan disatu sisi dan manusia disisi lain bahkan telah memasuki kajian proses kebersatuan manusia dengan Tuhan.

AL-FANA
Menurut Abu Yazid, manusia yang pada hakikatnya seesensi dengan Alloh, dapat bersatu dengan Nya apabila ia mampu meleburkan eksistensinya (keberadaannya) sebagai suatu pribadi sehinnga ia tidak menyadari pribadinya (fana’an nafs). Fana’an nafs adalah hilangnya kesadaran kemanusiaannya dan menyatu kedalam iradah Alloh bukan jasad tubuhnya yang menyatu dengan dzat Alloh.

Pada perkembangan yang awal,ada dua aliran fana’, satu aliran yang berpaham moderat yang diwakili Al-Junaid al-Baghdadi biasanya disebut fana fi tauhid. Kalau seorang telah larut dalam ma’rifatulloh dan ia tidak menyadari segala sesuatu selain Alloh, maka ia telah fana dalam tauhid. Aliran fana yang kedua dipelopori oleh Abu Yazid al-Busthami yang mengartikan al-fana sebagai penyatuan dirinya dengan Tuhan.

AL-ITTIHAD
Apabila seorang sufi telah berada dalam keadaan fana dalam pengertian tersebut diatas, maka pada saat itu ia telah menyatu dengan Tuhan, sehingga wujudiyahnya kekal atau al-baqa. Didalam peraduan itu ia menemukan hakikat jati dirinya sebagai manusia yang berasal dari Tuhan, itulah yang dimaksud dengan itthad.
Pahamini timbul sebagai konsekuensi lanjut dari pendapatnya, bahwa jiwa manusia adalah pancaran dari Nur Illahi, akunya manusia itu adalah pancaran dari yang Maha Esa. Barang siapa yang mampu membebaskan diri dari alam lahiriahnya atau mampu meniadakan pribadinya dari kesadarannya sebagai insan, maka ia akan memperoleh jalan kembali kepada sumber asalnya. Ia akan menyatu dengan Yang Tunggal yang dilihat dan dirasakan hanya satu. Keadaan seperti itulah yang disebut ittihad, yang oleh Bayazid disebut tajrid fana at-tauhid, yaitu perpaduan dengan Tuhan tanpa diantarai dengan sesuatu apapun.
AL-HULUL
Doktrin al-hulul adalah salah satu tipe dari aliran tasawuf falsafi dan merupakan perkembangan lanjut dari peham al-ittihad. Konsepsi al-hullul pertama kali ditampilkan oleh Husein Ibn Mansur al-Hallaj yang meninggal karena dihukum mati di Baghdad pada tahun 308 H, karena paham yang ia sebarkan itu dipandang sesat oleh penguasa pada masa itu.



7
Pengertian al-Hulul secara singkat yaitu Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang dapat membersihkan dirinya dari sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana atau ekstase.Sebab menurut al-Hallaj, manusia mempunyai sifat dasar yang ganda, yaitu sifat-sifat Illahiyat atau Lahut dan sifat Insaniyah atau Nasut. Apabila seseorang telah dapat menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya  dan mengembangkan sifat-sifat Illahiyatnya melalui fana, maka Tuhan akan mengambil tempat dalam dirinya dan terjadilah kesatuan manusia dengan Tuhan dan ionilah yang dimaksud dengan hulul.
AL-WAHDAT AS-SYUHUD
Konsepsi al-wahdat as-syuhud merupakan ajaran tasawuf yang mirip dengan paham al-wahdat al-wujud.Ajaran ini adalah karya mistis dari Umar Ibn al-Faridh (w.632 H) di Mesir dan makamnya di al-Qarafa tetap terpelihara dengan baik hingga sekarang.
Oleh karena karya-karyanya yang selalu bertemakan cinta, ia digelari sebagai “sulthan al-asyiqin” atau si raja cinta. Melalui latihan dan konsentrasi bathin yang teratur, maka cintanya kepada Alloh semakin mendalam dan semakin menguasai segenap relung qalbunya sehingga ia dapat merasakan getaran cahaya Tuhan dan akhirnya yang ia rasakan dan ia lihat hanya satu yakni Yang Esa. Situasi mistis yang demikian itu disebut wahdat as-syuhud.
AL-ISYRAQIYAH
Konsep tasawuf al-isyraq barangkali adlah tipe taswuf falsafi yang paling orisinil diantara konsep-konsep tasawuf yang sealiran perkiraan ini cukup beralasan mengingat,bahwa Suhrawardi al-Maqtul sebagai konseptornya,adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai aliran filsafat yunani maupun filsafat persia dan india.Nama lengkapnya adalah Abu al-futuh yahya Ibn Habsyi ibn Amrak,Lahir di Suhrawardi 578H.
Al-Isyraq berarti bersinar atau memancarkan cahaya dan nampaknya searti dengan al-kasyf.Akan tetapi bila dilihat pada inti ajaran ini,maka al-Isyraq lebih tepat diartikan penyinaran atau illuminasi.Menurut Suhrawardi,sumber dari segala yang ada iala cahaya yang mutlak ia disebut dengan nurul al-anwar,mirip matahari.

Tipe-tipe Aliran Tasawuf dan Perkembangannya
Dan di dalam tasawuf dan perkembangannya mempunyai 2 aliran mistic :
Ini menurut Annemarie Shcimmel yaitu aliran pertama “mysticsm of infinity”
Aliran yang kedua yaitu “mysticsm of personality”.
Adapun definisi mysticsm of infinity adalah mysticm yang memandang Alloh sebagai realitas yang absolut yaitu mempunyai pekerjaan yang pasti dan tidak terbatas.seperti contohnya alloh di ibaratkan sebagai lautan yang tidak terbatas dan tidak terkiat oleh zaman.
Adapun definisi mysticsm of personality adalah hubungan antara makhluk dengan al kholiq mengapa demikian,di karenakan untuk membedakan antara manusia sebagai makhluk dan alloh sebagai sang kholiq.Adapun al kholiq di pandang sebagai dzat bersifat transenden yaitu mempertahankan perbedaan antara manusia sebagai makhluk.dan alloh sebagai al kholiq.
Akan tetapi menurut kepahaman union mysticsm sebaliknya yang di atas bahwa sanya al haq suatu dzat yang bersemayam dalam alam semesta dan dalam diri manusia.Contohnya seperti pengakuannya al-hallaj “bahwa sanya dia lah al-haq,tak ada al-hallaj yang ada hanya al-haq”
Ini di anut atau didukung oleh al-hallaj,ibnu arobi,hamzah fansuri,syamsudin pase,ini semuanya pemahaman wahdatul wujud.
Akan tetapi menurut kepahaman Al-ghazali bahwa sanya al-haq dipandang sebagai dzat yang mempertahankan perbedaan manusia sebagai makhluk dan sebagai al-khaliq,dan imam al-ghazali ini tidak bersependapat dengan union mysticsm al-hallaj,ibn arobi,dkk.yang mengatakan al-haq bersemayam dalam diri manusia.
Sebenarnya tasawuf itu sudah ada sejak zaman Rasululloh SAW yaitu kehidupan nabi dan para sahabat yang lebih spesifik lagi adalah kehidupan ahli shuffah yang tinggal di masjid nabawi.
Disinilah mulai nampaknya kehidupan tasawuf karena zaman rasul semua hidup dalam kesederhanaan.akan tetapi dizaman ini,kemewahan sudah sangat di minati sehingga orang-orang cinta kepada kehidupan rasul menyuruh kepada kezuhudan dan pelopornya abu zar al-ghifari.
Zuhud adalah meninggalkan kemewahan hidup.pelakunya disebut zahid yang tekun dalam kezuhudan disebut abid (ahli ibadah).tokoh zuhud yang terkenal adalah hasan al-basri ari busro lahir di madinah 642M dan sofyan al-anshai wafat 970M.Dan landasan zuhud mereka adalah khauf,dan raja’.


Pada akhir abad yang ke2 perubahan dari zuhud ke tasawuf mulai nampak,tokoh yang mempeloporinya adalah ibrahim bin adam,pada abad yang ke 3 sampai yang ke 4 mulailah kesepian di kaji dengan 2 kecenderungan.yang pertama cenderung kepada akhlaq yang berlandasan dengan al-qur’an yang kedua cenderung kepada filsafat.
Tokoh yang pertama adalah haris al-mukhasibi,sirri sagoti,abu said al-kharas,dan paling populer junaid baghdadi.
Sedangkan aliran filsafat ada zunun al-misri,ahli sufi dan ahli kimia dan paling berani adalah Yazid al-bustomi dengan teori al-skar (mabit ketuhanan) al-fanna al-bakoq(pelebaran diri untukmencari keabadian diri untuk mencapai keabadian dalam diri tuhan dan al-ithad bersatu dengan al-haq
Puncak tasawuf filsafat abad yang ke 3 sampai yang ke 4 terletak pada Husain ibnu mansur al-hallaj tokoh yang paling kontrofersial dalam sejarah tasawuf dan akhirnya ibnu mansur al-hallaj menemui ajalnya dengan digantung.
Dan disinilah saat ibnu mansur al-hallaj meninggal dan semakin tenggelamlah tasawuf  falsafi.Sedangkan tasawuf sunni ini semakin mendapat tempat di hati masyarakat dalam arti berjayanya tasawuf sunni dan hal ini di dukung oleh asy’ariyah dalam teologi yang sejalan dengan tasawuf sunni puncak kecemerlangan pada abad 5 H, adalah pada masa Al-ghazali yang karena ilmu kedukungannya yang tinggi dalam islam ia di beri gelar hujaj al islam(argumentator islam) karyanya amat banyak yang terkenal adalah ihya ulumuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama) dimana ia berusaha mendamaikan ilmu teologi fiqh dan tasawuf.
Tujuan Tasawuf
Beliau menyimpulkan yaitu dahlan tamrin secara umumnya bagaimana agar kita ini sedekat mungkin dengan Alloh.Dan untuk mencapai hal demikian ini mempunayi 3 sasaran :
1)      Tasawuf yang membina aspek moralitas sesuai yang di kehendaki rasul ketika mendapatkan musibah yang menimpanya dia bisa sabar,bahkan dia bisa bersyukur menerimanya.
2)      Tasawuf yang bertujuan agar bisa kenal kepada Alloh dengan cara melalui sholat supaya bisa khusyu’ dan mujahadah,dan sebab itu akhirnya musyahadah  ila Alloh itu berhubungan langsung kepada Alloh
3)      Tasawuf yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Alloh secara mistis filosofis contohnya seseorang hamba bisa menggerakkan anggota badannya yang di kehendaki atau di ridhai Alloh.
Semisal kakinya untuk beribadah kepada Alloh.

PERBEDAAN TASAWUF SUNNI DAN FALSAFI
Apabila dibandingkan antara konsep-konsep tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi, ditemukan sejumlah kesamaan disamping perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar. Kedua aliran sama-sama mengakui ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah serta sama-sama mengamalkan Islam secara konsekuen. Kedua aliran ini sama-sama berjalan pada prinsip al-maqomat dan al-ahwal.
 Perbedaan yang jelas diantara kedua aliran ini nampaknya terletak pada tujuan “antara” maqom tertinggi yang dapat dicapai seorang sufi. Sedangkan pada aspek tujuan akhirnya, kedua aliran sama-sama ingin memperoleh kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan yang bersifat spiritual. Dimaksud dengan tujuan “antara” adalah terciptanya komunikasi langsung antara sufi dengan Tuhan dalam posisi seakan tiada jarak lagi antara keduanya. Dalam memberi makna terhadap posisi “dekat tanpa jarak” inilah terdapat perbedaan mendasar antara kedua aliran ini.Tasawuf Sunni berpendapat, bahwa antara makhluk dengan Khalik tetap ada jarak sehingga tidak mungkin tumbbuh karena keduanya tidak seesensi.Lain halnya dengan tasawuf falsafi, dengan tegas mengatakan manusia seesensi dengan Tuhan karena manusia berasal dan ttercipta dari esensi-Nya.Oleh karenannya keduanya dapat berpadu apabila kondisi untuk itu telah tercipta.
Tasawuf Sunni kurang memperhatikan ide-ide spekulatif karena amereka sudah merasa puas dengan argumentasi yang bersifat naqli agamawi. Apabila dilihat dari aspek materi kajian dan proses pencapaian sasaran antara, tasawuf sunni dapat dibedakan kepada tasawuf akhlaki dan amali. Berbeda dengan tasawuf falsafi, kelompok ini justru gemar terhadap ide-ide spekulatif karena kebanyakan sufi aliran ini memilki pengetahuan yang cukup dalam tentang lapangan filsafat.




EmoticonEmoticon